Pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi puncak polusi yang sering terjadi di Jabodetabek, terutama pada musim kemarau, dengan mendorong penerapan bahan bakar minyak (BBM) yang memenuhi standar Euro IV.
Institut for Essential Services Reform (IESR) bersama mitra-mitranya melakukan analisis dampak kebijakan peningkatan kualitas BBM terhadap lingkungan, kesehatan, dan ekonomi, yang menunjukkan bahwa penerapan BBM Euro IV antara 2025-2030 dapat mengurangi polusi udara di Jabodetabek hingga 96%.
BBM Euro IV mengandung sulfur setara 50 ppm, jauh lebih rendah dibandingkan BBM yang beredar di Indonesia dengan kandungan sulfur 150–2.000 ppm yang berdampak buruk bagi kualitas udara dan kesehatan.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menyatakan bahwa polusi udara di Jakarta menambah beban biaya kesehatan, dengan klaim pengobatan terkait polusi mencapai hampir Rp1,2 triliun pada 2023.
Fabby menegaskan bahwa Indonesia perlu segera menerapkan Euro IV dengan kebijakan terintegrasi dan pengawasan ketat, serta memastikan kesiapan kilang domestik untuk memproduksi BBM ini.
Ilham R. F. Surya, Analis Kebijakan Lingkungan IESR, mengungkapkan bahwa penerapan Euro IV akan meningkatkan biaya produksi BBM sekitar Rp200–Rp500 per liter, sehingga pemerintah perlu mempersiapkan skema pembiayaan yang tepat.
Kajian ini memproyeksikan bahwa pengurangan polusi udara akan menghemat biaya pengobatan terkait tiga penyakit utama akibat polusi di Jakarta, yang diperkirakan mencapai Rp550 miliar pada 2030.
Rekomendasi kajian ini mendorong pemerintah untuk memastikan ketersediaan BBM Euro IV, sambil mendukung kebijakan transportasi berkelanjutan lainnya, seperti pengembangan transportasi publik dan kendaraan listrik.
Leave a Reply
View Comments