Nasib Jalak Tunggir Merah, Burung Endemik Sulawesi yang kian Punah

Burung Jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium) merupakan burung endemik yang memiliki habitat di beberapa wilayah di Pulau Sulawesi. Foto : 4raptor.wordpress.com
Burung Jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium) merupakan burung endemik yang memiliki habitat di beberapa wilayah di Pulau Sulawesi. Foto : 4raptor.wordpress.com

Burung Jalak Tunggir Merah, atau dalam bahasa lokal Gorontalo dikenal sebagai Jalak Rio atau Burung Tonggolipu, semakin menjadi incaran para kolektor burung.

Burung dengan nama ilmiah Scissirostrum dubium ini memiliki ciri khas bergerombol dan sering terlihat di kawasan Sulawesi, termasuk Gorontalo.

Populasinya yang semakin menurun memicu kekhawatiran berbagai pihak. Jalak Tunggir Merah dinamakan demikian karena memiliki kombinasi warna hitam dan merah yang mencolok di bagian ekor.

Selain itu, burung ini juga memiliki paruh berwarna kuning yang khas dan suara merdu yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar burung.

Baca juga: Burung-burung Dilindungi Sitaan dari Warga di Gorontalo

Kebiasaan hidupnya yang bergerombol membuat burung ini mudah ditangkap, terutama pada malam hari saat mereka tengah beristirahat di dahan-dahan pohon. Dalam sekali tangkap, para pemburu bisa membawa pulang lebih dari sepuluh ekor burung.

Sayangnya, aktivitas perburuan yang terus berlanjut membuat populasi Jalak Tunggir Merah di Gorontalo semakin menipis.

Menurut warga lokal, Sahir, waktu tahun 1998, burung ini masih banyak ditemukan di pepohonan buah karena mereka adalah pemakan buah.

“Dulu, mereka mudah sekali terlihat. Tapi sekarang, suara mereka pun jarang terdengar,” katanya.

Meski burung ini belum masuk dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018, perburuan dan jual beli burung tanpa dokumen yang sah tetap merupakan pelanggaran hukum.

Baca juga: Jumlah Spesies Burung di Indonesia Bertambah

Banyak burung Jalak Tunggir Merah yang dijual secara bebas tanpa memperhatikan dampak jangka panjang terhadap kelestarian spesies ini.

Populasi burung Jalak Tunggir Merah kian berkurang akibat perburuan dan perdagangan bebas. Keberadaan burung ini, yang dulunya mudah dijumpai, kini semakin langka.

Meskipun burung ini tidak termasuk dalam jenis satwa yang dilindungi, tetap diperlukan perhatian lebih agar tidak terjadi kepunahan di masa depan.

Kolektor burung sering memelihara Jalak Tunggir Merah untuk dijual kembali dengan harga tinggi. Sayangnya, tanpa pengawasan yang tepat, praktik ini mengancam keberlangsungan hidup burung yang dikenal dengan istilah “berkawan” atau “tonggolipu” dalam bahasa Gorontalo.

Burung Endemik Sulawesi

Jalak Tunggir Merah sendiri merupakan salah satu burung endemik yang hanya bisa ditemukan di Pulau Sulawesi dan beberapa pulau satelit di sekitarnya.

Selain Gorontalo, Jalak Tunggir Merah tersebar di beberapa wilayah di Sulawesi, termasuk Kepulauan Banggai, yang meliputi Kabupaten Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah.

Selain itu, burung ini juga dapat ditemukan di Pulau Buton di Sulawesi Tenggara, Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, serta di Pulau Bangka dan Pulau Lembeh di Sulawesi Utara.

Baca juga: Tambang Emas Ilegal Rusak Rumah ‘Petani Hutan’ di Panua

Sebagai burung endemik, keberadaan Jalak Tunggir Merah di Sulawesi memiliki nilai ekologis yang penting. Burung ini berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan di Sulawesi.

Namun, seperti banyak spesies endemik lainnya, Jalak Tunggir Merah juga menghadapi ancaman dari perusakan habitat akibat pembukaan lahan dan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.

Mengawali karir menjadi wartawan Gorontalo Post (2015-2018). Pria yang akrab disapa Andi ini kemudian pindah ke media Nasional Liputan6.com pada 2018 hingga saat ini. Selain itu, ia juga merupakan editor di salah satu media online lokal.