Kontribusi Pohon Alpukat & Pohon Jambu Biji Dalam Keberlanjutan Lingkungan

Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com
Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com

 

Indonesia, dengan luas wilayah tropisnya yang mencapai lebih dari 1,9 juta kilometer persegi adalah rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Hutan hujan tropis yang membentang dari Sabang hingga Merauke bahkan bukan saja menjadi paru-paru dunia, tetapi juga salah satu benteng pertahanan terbaik melawan perubahan iklim. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kita sedang menghadapi ancaman serius yang menggerogoti keanekaragaman hayati ini yakni mengenai perubahan iklim.

Perubahan iklim telah membawa kita pada permasalahan pada kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, hingga ancaman terhadap ekosistem yang menjadi penopang kehidupan. Indonesia, yang kaya akan keanekaragaman hayati juga tidak terlepas dari dampak ini. Pohon-pohon yang dulunya dianggap hanya sebagai penyedia buah dan kayu kini memegang peranan penting dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.

Polusi udara dari penyebab perubahan iklim inilah yang menjadi ancaman nyata di Indonesia. Berdasarkan laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2023 yang dirilis pada Maret 2024, Indonesia menduduki peringkat ke-14 di sebagai negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia, dengan konsentrasi 2,5 PM (Particulate Matter) mencapai 37,1 μg/meter3. Sementara menanam pohon menjadi salah satu solusi yang paling sederhana, murah, berkelanjutan dan efisien pada masa sekarang.

Melawan Polusi Dengan Pohon Jambu & Pohon Alpukat

Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com
Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com

Menurut penelitian dari Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), pohon jambu biji mampu menyerap hingga 250 kilogram CO2 per pohon setiap tahunnya. Tidak hanya itu, daun-daun pohon ini juga dapat menyerap nitrogen dioksida (NO2) hingga 30,8 mikrogram/gram daun setiap hari. NO2, salah satu komponen utama dari polusi udara, berkontribusi besar terhadap gangguan pernapasan manusia.

Di sisi lain, pohon alpukat memiliki daya serap CO2 yang serupa, dengan kemampuan menghasilkan oksigen dalam jumlah besar. Dalam artikel mengenai Carbon Sequestration yang ditulis di Avowest bahwa pohon alpukat dewasa dapat menyerap hingga 200 kilogram CO2/tahun. Ini setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dalam satu perjalanan pulang-pergi Jakarta-Bandung.

Pohon alpukat (Persea Americana) dan jambu biji (Psidium Guajava) adalah contoh nyata tanaman lokal yang mampu memberikan kontribusi signifikan dalam memperbaiki kualitas udara, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan keseimbangan ekosistem.

Bahkan Pohon alpukat dan jambu biji bukan hanya penyerap polutan, tetapi juga pembangun ekosistem yang lebih sehat. Kedua pohon ini memiliki sistem akar yang kuat dan dalam, yang membantu mencegah erosi tanah di daerah dengan curah hujan tinggi.

Akar pohon alpukat, misalnya, ternyata dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kapasitas untuk penyerapan air. Hal ini sangat penting di daerah-daerah rawan banjir atau tanah longsor akibat dari perubahan iklim, seperti di lereng pegunungan.

Sementara itu Jambu biji, di sisi lain, memiliki kemampuan untuk tumbuh di lahan kritis yang miskin hara. Dengan perakaran serabutnya, pohon ini ternyata dapat mempercepat proses regenerasi tanah, menjadikannya pilihan ideal untuk program rehabilitasi lahan.

Keajaiban Flora Lokal Dari Pohon Alpukat & Jambu Biji

Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com
Pohon Alpukat & Pohon Jambu Bisi Berperan Sebagai Keberlanjutan Lingkungan. Sumber Foto JolalJogja.com

Artikel dari Biodiversity Warriors Yayasan Kehati yang ditulis oleh Ariannisa Ramadhanti menyoroti bahwa pohon alpukat (Persea Americana) termasuk dalam ordo Laurales, yang juga meliputi kayu manis dan daun salam. Tumbuhan dikotil ini berasal dari Amerika Tengah dan kini tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Selain manfaat ekonomisnya sebagai buah konsumsi karena memiliki kandungan lemak jenuh sehingga baik dikonsumsi bagi tubuh alpukat juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Sementara dalam artikel lainnya yang ditulis oleh David Pasaribu Biodiversity Warriors Yayasan Kehati mengenai jambu biji (Psidium guajava) adalah pohon yang memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan banyak cabang dan daun berbentuk elips hingga lonjong. Permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna coklat muda, percabangan dikotom.

Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1½ – 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm).

Baik alpukat maupun jambu biji ternyata dapat menyediakan habitat yang ideal bagi berbagai spesies. Burung, kelelawar, dan serangga sering menjadikan pohon-pohon ini sebagai tempat tinggal dan sumber makanan. Buah alpukat yang kaya lemak menjadi makanan penting bagi beberapa spesies hewan liar, sementara bunga jambu biji menarik perhatian lebah dan kupu-kupu, yang membantu penyerbukan alami.

Secara sosial, pohon ini juga mudah ditanam dan dirawat, menjadikannya pilihan ideal untuk program penghijauan komunitas. Dengan masa panen yang relatif singkat, pohon jambu biji memberikan hasil nyata dalam waktu yang cepat, baik dalam bentuk buah maupun dampak ekologisnya.

Selain fungsi ekologisnya, kedua pohon ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Buah alpukat, yang kaya akan asam lemak tak jenuh dan vitamin, telah menjadi komoditas ekspor utama di beberapa daerah seperti Jawa Barat dan Sumatera Utara. Sementara itu, jambu biji yang dikenal memiliki kandungan vitamin C tinggi juga diminati di pasar lokal maupun internasional.

Namun, manfaat ekonomi ini sering kali mengalihkan perhatian dari kontribusi besar pohon-pohon tersebut terhadap keberlanjutan lingkungan. Bayangkan, jika setiap rumah di Indonesia memiliki satu pohon alpukat atau jambu biji, tidak hanya udara yang menjadi lebih bersih, tetapi masyarakat juga mendapat manfaat ekonomi langsung.

Kesamaan dan Sinergi Kedua Pohon

Keajaiban Flora Lokal dari Pohon Alpukat & Jambu Biji. Sumber Foto Tribun News
Keajaiban Flora Lokal dari Pohon Alpukat & Jambu Biji. Sumber Foto Tribun News

Pohon alpukat dan pohon jambu biji memiliki beberapa kesamaan yang membuat keduanya penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan:

  1. Kemampuan Menyerap Emisi Karbon: Keduanya mampu menyerap CO2 dalam jumlah signifikan, menjadikan mereka solusi alami untuk memitigasi perubahan iklim.
  2. Manfaat Ekosistem: Dengan akar yang kuat dan daun lebat, kedua pohon ini membantu mencegah erosi tanah, menjaga kelembapan, dan menciptakan habitat bagi berbagai spesies.
  3. Adaptabilitas Tinggi: Baik alpukat maupun jambu biji dapat tumbuh di berbagai kondisi lingkungan, mulai dari daerah tropis dataran rendah hingga dataran tinggi.
  4. Nilai Ekonomi: Selain perannya dalam keberlanjutan lingkungan, kedua pohon ini memberikan manfaat ekonomi langsung melalui hasil panennya.

Perubahan iklim adalah tantangan besar yang membutuhkan solusi berbasis lingkungan dan alam, termasuk pelestarian keanekaragaman hayati. Pohon seperti alpukat dan jambu biji bukan hanya sekadar sumber pangan, tetapi juga penjaga keseimbangan ekosistem dan mitigator polusi.

Menanam dan merawat flora lokal ini adalah langkah kecil dengan dampak besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan mengakui peran penting keanekaragaman hayati, kita bisa bersama-sama membangun masa depan yang lebih hijau, seimbang, dan tahan terhadap perubahan iklim.

“Perubahan iklim bisa kita lawan, dimulai dari satu pohon, satu aksi kecil, untuk dampak yang besar.”

S-1 Dengan Ilmu Terapan Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan. Sesekali menjaga lingkungan tetap sehat, sambil mencoba untuk tetap ingat kapan terakhir kali nyiram tanaman di rumah.