“Di tengah hiruk-pikuk kota yang penuh sesak, pohon berdiri teguh sebagai penjaga harapan. Mereka bukan hanya solusi lingkungan, tetapi juga janji masa depan yang lebih baik.”
Di tengah gemuruh mesin dan gedung-gedung pencakar langit, ada sosok yang diam namun penuh makna itu adalah pohon. Mereka bisa di ibaratkan sebagai penjaga sunyi yang tanpa pamrih membersihkan udara, menyejukkan lingkungan, dan merangkul kita dengan keteduhan di tengah derasnya hiruk-pikuk kota.
Pohon adalah simbol kehidupan yang sering terabaikan, meski perannya begitu vital. Namun, modernisasi yang rakus telah membuat mereka menjadi korban keganasan, seperti ditebang, digantikan beton dan aspal yang tak berjiwa.
Dalam dunia yang semakin cenderung keranah urbanisme, pohon menjadi lebih dari sekadar elemen dekoratif. Mereka adalah penyeimbang alam yang menyelamatkan kita dari dampak buruk urbanisasi dan krisis iklim.
Di kota-kota besar, pohon tidak hanya membantu menyaring udara dari polutan, tetapi juga berperan sebagai pendingin alami yang melindungi kita dari gelombang panas ekstrem. Fungsi ini menjadi krusial ketika efek pada panas perkotaan terus meningkat.
Lebih dari itu, pohon sebenarnya adalah jembatan yang menghubungkan antara kesehatan masyarakat dan lingkungan. Udara yang lebih bersih mengurangi risiko penyakit pernapasan, sementara ruang hijau memberikan tempat bagi penduduk kota untuk beristirahat, berolahraga, atau sekadar menikmati alam.
Baca juga: Kontribusi Pohon Alpukat & Pohon Jambu Biji Dalam Keberlanjutan Lingkungan
Hubungan antara kesehatan fisik dan kesehatan mental ini semakin ditekankan dengan adanya penelitian yang menunjukkan manfaat besar pohon bagi kesejahteraan hidup manusia.
Namun, permasalahannya adalah ruang hijau di kota-kota besar semakin berkurang. Urbanisasi yang pesat sering kali mengorbankan lahan hijau demi pembangunan infrastruktur. Akibatnya, masyarakat kehilangan akses ke udara segar dan keteduhan, yang secara nyata dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka secara langsung.
Tak hanya itu, hilangnya pohon juga berarti meningkatnya kerentanan kota terhadap perubahan pada siklus iklim. Maka dari itu, mempertahankan dan menambah pohon di lingkungan kota bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Kita harus bersama-sama berupaya untuk menjadikan pohon sebagai bagian integral dari suatu perencanaan kota.
Dengan langkah ini, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi semua.

Pelindung & Penyaring Udara Perkotaan
Bayangkan ketika kita sedang berjalan di jalan utama kota yang sibuk, dikelilingi kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap tebal. Dikelilingi kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap tebal. Udara terasa sesak di nafas, pandangan kabur oleh polusi, dan hiruk-pikuk kota terasa semakin menyempitkan ruang bernapas
Hal tersebut dikarenakan Polusi udara, dan ini menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, menyebabkan lebih dari 4 juta kematian dini setiap tahun di seluruh dunia. Namun, jangan khawatir karna keberadaan pohon di sepanjang jalan dapat mengurangi dampak buruk dan fatal dari hal ini.
Dalam keheningan yang tenang, pohon bekerja tanpa henti untuk melindungi planet ini dari dampak perubahan iklim. Mereka tidak hanya menjadi simbol keindahan alam, tetapi juga memainkan peran krusial sebagai penyerap karbon dioksida (CO₂), salah satu gas rumah kaca utama yang bertanggung jawab atas pemanasan global dan perubahan iklim.
Setiap daun, cabang, dan akar pohon adalah bagian dari mesin biologis yang dirancang sempurna oleh alam untuk menyerap CO₂ dari atmosfer. Melalui proses fotosintesis, pohon mengambil CO₂, menggunakannya untuk memproduksi glukosa sebagai sumber energi, dan melepaskan oksigen ke udara sebagai hasil sampingannya.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2022 ternyata menemukan bahwa ruang hijau yang dipenuhi pohon mampu mengurangi konsentrasi partikel halus (PM2.5) hingga 7-9% di kawasan perkotaan yang padat.
Tabebuya kuning atau dalam bahasa latinnya (Handroanthus chrysotrichus) adalah salah satu jenis pohon yang tidak hanya memikat mata dengan bunganya yang indah, tetapi juga memiliki kontribusi luar biasa terhadap kesehatan lingkungan perkotaan.
Pohon ini dikenal karena kemampuannya menyerap karbon dioksida (CO₂) dan nitrogen dioksida (NO₂), dua gas rumah kaca yang sering kali menjadi penyebab utama polusi udara di wilayah padat penduduk.
NO₂ memiliki dampak buruk pada kesehatan manusia, akan tetapi dalam satu jam, tabebuya kuning mampu menyerap hingga 15 gram NO₂. Gas ini biasanya dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas industri.
Baca juga: Pohon Malahengo, Apakah Endemik Gorontalo?
Menanam tabebuya kuning di area perkotaan adalah langkah strategis untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain manfaat ekologisnya, pohon ini juga memiliki nilai estetika yang tinggi.
Bunganya yang berwarna kuning cerah menciptakan pemandangan yang memanjakan mata, sekaligus memberikan ruang hijau yang menenangkan di tengah hiruk-pikuk kota.
Nah, dampak dari polusi udara terhadap kesehatan sangat serius. Polutan seperti PM 2.5 itu ternyata dapat menembus jauh ke dalam paru-paru, menyebabkan peradangan, memperburuk asma, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Data dari WHO juga menunjukkan bahwa penyakit pernapasan kronis semakin umum terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki kualitas udara buruk, terutama di kota-kota besar yang minim ditami pohon.
Sebagai ilustrasi, Jakarta, salah satu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia, menghadapi lonjakan kasus penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis kronis. Sementara itu, kota seperti Singapura yang lebih banyak memiliki ruang hijau menunjukkan tingkat kualitas udara yang lebih baik, dengan insiden penyakit pernapasan yang lebih rendah.
Studi perbandingan ini menunjukkan bagaimana keberadaan pohon dapat berkontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Lebih jauh lagi, keberadaan pohon tidak hanya membantu menyaring udara tetapi juga memberikan tempat perlindungan dari panas ekstrem, menciptakan suasana yang lebih nyaman dan menyejukkan.
Pohon-pohon di jalan perkotaan, taman kota, dan hutan mini di lingkungan padat penduduk dapat menjadi solusi sederhana yang membawa manfaat besar.
Ironisnya, kebijakan urbanisasi sering kali mengabaikan pentingnya ruang hijau ini. Menanam pohon adalah langkah kecil dengan dampak besar. Mengintegrasikan penghijauan dalam desain kota dapat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan urban yang lebih sehat dan lebih layak huni bagi generasi mendatang.

Solusi Sederhana Dari Gelombang Panas
Efek pulau panas perkotaan (urban heat island) sebenarnya adalah fenomena di mana area perkotaan menjadi jauh lebih panas dibandingkan daerah pedesaan sekitarnya. Penyebab utama dari fenomena ini adalah dominasi beton, aspal, dan bangunan yang menyerap serta memancarkan panas sepanjang hari, sementara minimnya vegetasi memperburuk situasi.
Dalam gelombang panas ekstrem, suhu tinggi bukan hanya menciptakan ketidaknyamanan tetapi juga menjadi ancaman bagi kehidupan, terutama bagi lansia, anak-anak, dan mereka dengan kondisi kesehatan tertentu yang lebih rentan.
Suhu di kota besar dapat meningkat hingga 7°C lebih tinggi dibandingkan kawasan pedesaan, menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Peran pohon dalam mitigasi efek ini lah yang tidak bisa diremehkan. Melalui proses evapotranspirasi, di mana air yang diserap oleh akar dari pohon lalu dilepaskan ke udara melalui daun. Proses ini tidak hanya mendinginkan pohon itu sendiri tetapi juga menciptakan efek pendinginan pada lingkungan sekitar.
Daun-daun mereka memberikan keteduhan yang signifikan, mengurangi suhu permukaan hingga 5-8°C, sebuah angka yang dapat membuat perbedaan besar selama gelombang panas.
Lebih dari sekadar kenyamanan, penurunan suhu ini adalah upaya dalam penyelamatan hidup. Sebuah studi di Amerika Serikat bahkan menunjukkan bahwa ruang hijau yang dipenuhi pohon dapat menurunkan angka kematian akibat gelombang panas hingga 25%.
Pohon seperti tabebuya kuning, dengan tajuk rindangnya, sangat efektif dalam memberikan keteduhan dan memperbaiki kualitas udara, sekaligus menambah keindahan visual yang menyegarkan.
Baca juga: Hutan Rusak, Jabodetabek Banjir
Dengan menanam lebih banyak pohon di kota, kita dapat mengurangi dampak (urban heat island), sehingga menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, dan meningkatkan kualitas hidup warga. Ini adalah investasi cerdas untuk menghadapi tantangan iklim sekaligus mempercantik ruang kota.
Singapura adalah salah satu contoh nyata bagaimana integrasi pohon dalam desain kota dapat mengatasi tantangan ini. Melalui inisiatif “City in a Garden” mereka tidak hanya menanam pohon di taman tetapi juga di dinding dan atap bangunan.
Hasilnya adalah kota yang lebih sejuk dan lebih sehat. Dengan memanfaatkan teknologi dan desain inovatif, Singapura berhasil menciptakan ruang urban yang ramah lingkungan sekaligus nyaman untuk ditinggali.
Sebaliknya, kota-kota yang mengabaikan sistem dari penghijauan pasti secara langsung akan menghadapi tantangan besar. Beton dan aspal menyimpan panas yang memerangkap energi matahari dan memperburuk efek pulau panas.
Jakarta, misalnya, adalah salah satu kota dengan tingkat panas ekstrem yang terus meningkat. Minimnya ruang hijau di kawasan ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya suhu permukaan, yang berdampak langsung pada kesehatan warganya.
Gelombang panas juga meningkatkan risiko kesehatan pada penyakit tidak menular, seperti stroke akibat panas dan dehidrasi parah. Penurunan suhu yang dihasilkan oleh pohon memberikan perlindungan ekstra terhadap risiko ini.
Selain itu, pohon juga membantu menciptakan mikroiklim yang lebih nyaman, menjadikan kota lebih layak huni bahkan di tengah musim panas yang ekstrem.
Maka dari itu, tantangan terbesar adalah bagaimana kita dapat mengubah persepsi terhadap pohon dari sekadar penghijauan menjadi bagian integral dari infrastruktur kota. Jika berhasil, kita tidak hanya melawan efek dan dampak negativ tetapi juga menciptakan dunia yang lebih sejuk, lebih hijau, dan lebih manusiawi untuk ditinggali.

Ruang Hijau Untuk Kebahagiaan
Ketika berbicara tentang kesehatan, perhatian kita sering terfokus pada fisik dan melupakan aspek mental yang tak kalah penting. Namun, di tengah tekanan hidup modern, keberadaan pohon dan ruang hijau menawarkan oasis yang sangat dibutuhkan untuk keseimbangan emosi.
Berjalan di bawah rimbun dedaunan atau sekadar duduk di taman dapat menjadi pengalaman yang mendalam, membawa ketenangan secara membatin di tengah riuhnya perkotaan.
Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa ruang hijau memiliki manfaat luar biasa untuk kesehatan mental. Sebuah studi di Jepang tentang “mandi hutan” atau shinrin-yoku menemukan bahwa berjalan di tengah hutan secara signifikan ternyata dapat menurunkan kadar koresteol, hormon stres dalam tubuh.
Efek positif ini juga terpantul pada peningkatan suasana hati dan penurunan gejala kecemasan. Hal ini mencerminkan bagaimana pohon tidak hanya merawat individu tetapi juga komunitas.
Lingkungan yang hijau dan memiliki banyak pohon cenderung memiliki tingkat kejahatan yang lebih rendah, meningkatkan rasa aman dan menciptakan hubungan sosial yang lebih baik.
Namun, manfaat dari pohon sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengurangan stres. Sebuah penelitian di Belanda mengungkap bahwa penduduk yang tinggal dekat dengan ruang hijau memiliki risiko lebih rendah terhadap depresi dan gangguan kecemasan.
Bahkan, kunjungan rutin ke taman dapat memperbaiki fungsi kognitif dan membantu pemulihan dari kelelahan mental. Di kota-kota besar seperti New York dengan Central Park atau Tokyo dengan taman-taman tradisionalnya, ruang hijau menjadi paru-paru kota sekaligus tempat perlindungan psikologis bagi warganya.
Baca juga: Tarsius, Primata Kecil Penghuni Hutan Gorontalo
Sayangnya, tidak semua kota memiliki kemewahan ini. Di banyak tempat, ruang hijau sering menjadi korban pembangunan infrastruktur yang masif. Padahal, pengurangan ruang hijau berarti hilangnya “zona aman” yang vital bagi kesehatan mental masyarakat.
Penelitian dari Urban Forestry Journal bahkan menunjukkan bahwa wilayah dengan lebih sedikit pohon memiliki tingkat stres penduduk yang lebih tinggi.
Untuk menjawab tantangan ini, perencanaan kota yang berorientasi pada kesejahteraan mental masyarakat teryata harus memasukkan ruang hijau sebagai elemen utama. Contohnya, Singapura telah membangun ruang hijau yang terintegrasi dalam struktur perkotaan seperti taman vertikal dan hutan kota.
Langkah ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup tetapi juga menjadikan kota lebih tangguh terhadap tekanan urbanisasi. Dengan kebijakan yang tepat, pohon bisa menjadi kunci untuk menghadirkan kota yang sehat secara fisik dan mental.
Langkah Kecil, Berdampak Besar
Pohon adalah solusi alami yang sederhana, murah, dan efektif untuk menghadapi banyak tantangan kesehatan masyarakat saat ini. Mereka adalah penjaga udara bersih, pendingin alami, dan terapis gratis bagi kesehatan mental kita. Sayangnya, kita sering lupa menghargai mereka hingga akhirnya mereka hilang dari pandangan kita.
Saat ini, adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa pohon tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu tetapi juga masa depan kita. Menanam satu pohon mungkin terlihat kecil, tetapi dampaknya bisa menyelamatkan banyak nyawa. Seperti kata pepatah, “Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Waktu terbaik berikutnya adalah hari ini.”
Mari bergerak bersama. Untuk udara yang lebih bersih, kota yang lebih sejuk, dan hidup yang lebih bahagia, semua dimulai dengan satu langkah sederhana: menanam pohon.
Redaksi menerima artikel opini dengan panjang cerita minimal 700 kata, dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail redaksibenua@gmail.com disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan profil singkat.
Leave a Reply
View Comments