Merindukan Kicauan Burung Madu Sriganti dari Sulawesi

Burung madu Sriganti merupakan salah satu fauna yang hidup di Indonesia. Foto: Istimewa (Arfandi Ibrahim/Benua.id)

BURUNG MADU Sriganti terancam punah. Pemburuan dan perdagangan bebas burung langka bernama latih Cinnyris Jugularis ini menjadi biang keladi makin kritisnya populasi sang burung. Padahal pemerintah telah melindunginya dengan Undang-undang. Selain suaranya yang merdu, burung madu Sriganti juga punya bentuk fisik yang menawan.

Paruhnya yang berwarna hitam berbentuk panjang dan lancip pada bagian ujungnya. Bagian lehernya juga memiliki ukuran yang agak panjang. Sementara bentuk matanya terlihat besar dengan warna kehitaman. Inilah yang menbuat banyak orang tertarik memilikinya.

“Jangankan terlihat, suaranya yang merdu itu hampir sudah tidak jarang terdengar lagi,” kata Asa Podungge, salah satu warga Desa di Provinsi Gorontalo.

Asa mengaku, zaman dulu setiap pagi burung jenis ini selalu berkicau, suaranya yang merdu seolah menambah semangat bagi warga yang ingin beraktivitas.

“Sekarang ini suara itu hilang, biasanya saya bangun pagi suara burung ini yang lebih dulu menyambutnya saat suasana pagi ketika saya akan pergi bekerja di kebun,” kata Asa kepada Benua.id

Asa mengakui, banyaknya orang yang berprofesi sebagai penangkap burung madu Sriganti menjadi salah satu faktor yang membuat burung jenis ini makin jarang ditemukan lagi di Gorontalo.

“Saya sering lihat banyak orang yang datang ke desa saya dengan membawa perangkap untuk menangkap burung-burung kecil termasuk burung sriganti ini,” tambahnya.

Perdagangan Satwa

Burung madu sriganti. Foto: Arfandi Ibrahim/Benua.id

Asa juga mengatakan, banyak tengkulak yang mau menampung burung tangkapan itu. Biasanya sepasang sriganti dibandrol dengan harga sekitar Rp 450-700 ribu. Namun burung yang sudah benar-benar kterlatih bersuara merdu harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Maraknya jual beli burung Sriganti di Gorontalo membuat Syamsudin Hadju, Kepala BKSDA setempat, angkat bicara. Burung jenis ini, katanya, sangat dilarang untuk diburu. Apalagi setelah menangkapnya lalu diperjual belikan.

“Saya berharap kepada masyarakat untuk melaporakakan ketika ada orang-orang menangkap burung ini akan kami tindak tegas,” tandasnya.

Arfandi Ibrahim
Arfandi Ibrahim adalah kontributor jurnalis Lipuatan6.com di Gorontalo. Ia mengawali karir menjadi wartawan Gorontalo Post pada 2015-2018. Pria yang akrab disapa Andi itu juga merupakan editor disalah satu media lokal di Gorontalo.