Menolak Tambang dan Menjaga Pesisir, Para Relawan Konservasi Menanam Pohon

PULUHAN relawan konservasi melakukan penanaman pohon
PULUHAN relawan konservasi melakukan penanaman pohon. (Foto: Istimewa)

PULUHAN relawan konservasi melakukan penanaman pohon di pantai Mbah Drajid di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Selaku Inisiator kegiatan, A’ak Abdullah Al-Kudus mengatakan, bahwa kegiatan ini adalah wujud kolaborasi dari berbagai komunitas dan organisasi yang punya kesamaan isu terkait lingkungan. 

Pria yang akrab disapa Gus A’ak ini menyebut, komunitas dan organisasi tergabung dalam agenda ini diantaranya, Laskar Hijau, GUSDURian Peduli, LPBI NU dan PT. Grand Zamzam Indonesia.

“Semua lembaga yang terlibat memiliki concern yang sama terhadap pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim” kata Gus A’ak,  dikutip dari ngopibareng.id, Sabtu (9/4/2022).

Agenda yang dilaksanakan pada Jumat, 1 April 2022 itu bertajuk “Tanam Pohon di Pantai Wotgalih” itu sebagai upaya mitigasi bencana, mengingat pesisir selatan pulau jawa memiliki potensi megathrust yang menyebabkan terjadinya tsunami dahsyat. 

Penanaman pohon itu pun turut menyatakan penolakan terhadap segala bentuk kerusakan pesisir selatan lumajang, khususnya penambangan pasir dan sekaligus mendesak pemkab lumajang untuk segera membuat kebijakan.

Dari sini, pemkab lumajang juga dapat mengambil tindakan tegas guna melindungi kawasan tersebut, mulai dari desa Wotgalih hingga desa Tempursari. Sementara jenis pohon yang ditanam adalah Jambu Mente. Selain punya fungsi konservasi, ia juga memiliki fungsi ekonomi. Akarnya kuat dan pohonya kokoh.

Bahkan buah dari pohon tersebut bisa menjadi pakan satwa liar. Ia juga bisa diolah menjadi aneka cemilan dengan harga jual yang cukup tinggi. 

Gus A’ak yang juga Ketua GUSDURian Peduli ini berharap, kegiatan ini bisa diduplikasi oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama mulai dari Banyuwangi di Jawa Timur hingga Ujung Kulon di Jawa Barat. 

“Semoga makin banyak orang yang tergerak untuk melakukan gerakan yang sama, karena Ini darurat dan harus segera dilakukan demi keselamatan kita semua” tegasnya.

Watogalih sengaja dipilih sebagai titik awal kegiatan karena di tahun 2011, warga di desa tersebut kompak menolak penambangan pasir besi di desanya. Gerakan ini menginspirasi Salim Kancil pada tahun 2015 untuk melakukan penolakan penambangan pasir besi di Desa Selok Awar-Awar yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Wotgalih.  Dar sini, Salim Kancil syahid sebagai pahlawan pembela lingkungan.

Kontributor : Djemi Radji