Aksi Petani Perempuan di Kota Gorontalo Hadapi Perubahan Iklim

Linda Siaman [53] sedang memperlihatkan tanaman sayuran selada miliknya yang ditanam menggunakan sistem hidroponik. Ia percaya dengan menggunakan sistem itu, bisa memberikan kontribusi yang baik untuk lingkungan hidup. (Foto: Sarjan Lahay)
  • Kelompok Wanita Tani [KWT] Nusa Indah merupakan organisasi itu dibuatnya untuk mengakomodir ibu-ibu yang berada di kawasan perumahan agar bisa lebih produktif. Bertani menggunakan sistem hidroponik merupakan ide yang digagasnya bersama anggotanya.
  • Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman, terutama jenis sayuran dan buah yang menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sistem hidroponik sangat ramah terhadap lingkungan
  • Iqrima, Dosen Lingkungan di Politeknik Gorontalo mengatakan hidroponik juga dapat meningkatkan kualitas udara dari polusi udara menjadi lebih baik. Pasalnya, sistem hidroponik tidak memakai bahan kimia untuk pemupukan dan penanggulangan hama dan serangan penyakit.
  • Budidaya tanaman hidroponik juga dapat difungsikan sebagai media untuk menambah kadar oksigen atau O2 di udara. Semakin banyak kandungan oksigen yang tersedia pada suatu lingkungan, kualitas kesehatan manusia bisa ditingkatkan.

***

Lindah Slaman [53] tengah sibuk memetik sayuran yang ditanam di depan rumahnya yang berada di Perumahan Asparaga, Kelurahan Tomulabutao, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo. Ia tampak gembira saat melihat hasil dari tanamannya itu sangat subur. Kepada saya, ia mengatakan. “Ini tanaman hidroponik,”

Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman, terutama jenis sayuran dan buah yang menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Media tanam yang digunakan berupa rockwool, sekam bakar, hidroton, atau pasir dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Pada 20 oktober lalu, saya mendatangi rumah Linda. Ia merupakan Ketua Kelompok Wanita Tani [KWT] Nusa Indah di kompleks perumahannya. Organisasi itu dibuatnya untuk mengakomodir ibu-ibu yang berada di kawasan perumahan agar bisa lebih produktif. Bertani menggunakan sistem hidroponik merupakan ide yang digagasnya bersama anggotanya.

Sesampai di rumahnya, ia menyapa saya dengan hangat. Rumahnya yang berada di Blok G Nomor 56 Perumahan Asparaga tampak terlihat indah, karena dihiasi tanaman hidroponik yang tepat berada di depan rumahnya. Sesekali, ada beberapa warga yang membeli sayuran selada yang ditanamnya menggunakan sistem hidroponik itu.

“Sayuran ini saya jual melalui Facebook, dan media sosial lainnya. Jika ada warga yang ingin membeli, bisa langsung datang di rumah saya serta bisa langsung memanennya di tempatnya,” kata Linda sambil menunjukan rumah beberapa sayuran yang sudah di panen.

Linda juga mengajak saya untuk melihat beberapa rumah warga yang juga bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik. Ada kurang lebih 20 rumah anggota KTW Indah Nusa juga menggunakan sistem itu. Mereka manfaatkan tempat parkiran motor, tempat jemuran pakaian, serta depan rumah untuk menjadi tempat bercocok tanam.

Linda bercerita, bertani menggunakan sistem hidroponik ini sudah hampir dua tahun dilakukan bersama anggotanya. Hal tersebut terhitung sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu. Ia bilang, KTW juga dibuat dengan waktu yang sama.

“Sejak pandemi, kita ibu-ibu yang berada di perumahaan ini membuat satu kelompok yang fokus untuk bertani, akhirnya Kelompok Wanita Tani kita buat. Setelah itu, kita sudah mulai membuat tanaman menggunakan sistem hidroponik,” kata Linda

Perempuan dari empat orang ini menjelaskan, setiap halaman rumah yang berada di kompleks perumahannya ditanami sayuran selada dengan sistem itu. Katanya, sistem itu sangat ramah lingkungan, bisa memperindah tampilan rumah.

Ia mengatakan bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik bukan hanya untuk memperindah tampilan rumah saja dan mendapatkan keuntungan dari sayuran yang dijual. Bertani yang menciptakan keselamatan lingkungan hidup, juga menjadi bagian penting.

“Saya mengajak kepada ibu di perumahan ini agar mereka juga bisa sadar, bahwa kita harus memberikan manfaat pada lingkungan sekitar, dengan bercocok tanam dengan sistem hidroponik,” ucapnya

Bertani dengan menerapkan sistem hidroponik, katanya, bisa menghasilkan produk sehat bagi keluarga dan masyarakat sekitar, serta bisa melestarikan lingkungan hidup. Apalagi saat ini, dampak dari perubahan iklim sangat nyata.

“Alhamdulillah, kurang lebih ada 20 anggota KWT Nusa Indah, sudah berkomitmen untuk tetap melestarikan lingkungan hidup melalui bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik,” katanya

Hadji Sriyati Suma [60], Sekretaris Kelompok Wanita Tani [KWT] Nusa Indah juga memiliki keinginan yang sama. Sejak awal pandemi, dirinya sangat merasakan kegelisahan ketika hanya terus berada di dalam rumah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Bertani dan bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik, katanya, merupakan langka produktif yang harus dilakukan seorang ibu rumah tangga. Selain menjadi ibu rumah tangga, peran perempuan juga sangat penting di sektor pertanian.

“Saatnya, kita sebagai ibu-ibu, harus merubah pola pikir kita yang awalnya hanya mengurus rumah, untuk ikut terlibat dalam juga dalam memberikan kontribusi dalam sektor pertanian,” kata Sriyati, nama sapaannya.

Sriyati bilang, dengan bertani juga, kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Apalagi tanaman tersebut sangat sehat untuk dikonsumsi. Menurutnya, kesehatan keluarga bisa terjamin, jika terus mengkonsumsi tanaman organik yang tak menggunakan pupuk kimia.

Hadji Sriyati Suma [60], sedang melihat tanaman sayuran saladnya yang berada di samping rumahnya. Dengan menanam menggunakan sistem hidroponik, merupakan langka produktif yang harus dilakukan seorang ibu rumah tangga. (Foto: Sarjan Lahay)

“Jika pola makan kita bisa di atur dengan terus mengkonsumsi makanan-makanan yang tak menggunakan bahan kimia, pasti kesehatan kita bisa terus terjaga. Hal ini yang menjadi dasar juga, mengapa KTW Nusa Indah terus mengkampanyekan untuk bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik,” jelasnya

Sriyati juga mengaku, dirinya juga bisa mendapatkan pendapatan sejak bercocok tanam menggunakan hidroponik meski dalam kondisi pandemi. Katanya, tanaman hidroponik sangat diminati saat wabah virus corona ini menyerang Indonesia, khususnya di Kota Gorontalo.

“Mungkin saja, karena kita saat pandemi ini diminta untuk tetap menjaga kesehatan, jadi mulai muncul kesadaran masyarakat akan mengkonsumsi makanan atau sayuran yang sehat. Alhamdulilah, sayuran selada yang saya jual, banyak diminati warga,” ujarnya

“Setiap kilogram, saya menjual sekitar Rp. 40 ribu, dan itu sangat banyak warga yang minati. Kita hanya menggunakan media sosial untuk menjualnya, dan orang-orang bisa langsung untuk memetiknya,” sambungnya

Sebenarnya, Linda dan Sriyati yang menjadi motor penggerak dari KWT Nusa Indah bertujuan untuk merubah kebiasaan seorang ibu rumah tangga yang awalnya hanya mengurus urusan rumah, untuk menjadi petani kota. Menanam menggunakan sistem hidroponik menjadi pilihan utamanya, karena rumahnya merupakan komplek perumahan.

Pemilihan sistem itu, bukan tanpa alasan. Kampanye terhadap kesadaran akan pentingnya untuk menjaga lingkungan juga menjadi target mereka. Sriyati  bilang, tanaman hidroponik sangat ramah lingkungan dan sebagai mitigasi dampak dari perubahaan iklim.

Iqrima, Dosen Lingkungan di Politeknik Gorontalo mengatakan bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik memang sangat ramah terhadap lingkungan. Apalagi saat ini, kualitas lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini mulai sangat memprihatinkan.

Menurutnya, pembangunan kawasan perumahan yang kurang memperhatikan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), menjadikan tanaman hidroponik sebagai alternatif yang paling penting untuk dilakukan oleh petani kota.

“Berkurangnya RTH di beberapa wilayah termasuk perumahan bisa berdampak pada peningkatan suhu panas di wilayah tersebut atau lebih dikenal dengan global warming,” kata Iqrima kepada Mongabay Indonesia pada awal Oktober lalu.

Selain itu, kata Iqrima, keberadaan konstruksi bangunan serta pembangunan infrastruktur juga dapat memberi efek yang cukup signifikan pada kualitas lingkungan hidup. Proses konstruksi maupun operasional yang terjadi di perkotaan dapat menurunkan kualitas udara.

“Dampak yang bisa ditimbulkan yaitu meningkatnya emisi gas efek rumah kaca, menurunnya kualitas udara, berkurangnya aliran air dalam tanah dan berkurangnya sumber daya alam. Semua itu kana memperburuk dampak dari perubahan iklim,” jelasnya

Menurut Iqrima, pengenalan inovasi teknologi baru seperti hidroponik merupakan suatu langkah yang dirasa paling sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Katanya, hidroponik dikenal sebagai inovasi baru yang sudah teruji dalam bercocok tanam dan juga sudah diterapkan beberapa negara maju yang ketersediaan lahan tanamnya terbatas.

Bila dibandingkan dengan menanam suatu tanaman secara langsung di tanah, hasil yang dapat dipanen dari menanam dengan teknologi hidroponik lebih bersih dan aman jika langsung dikonsumsi. Teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida dan menjadikan lingkungan lebih indah.

Bukan hanya itu, kata Iqrima, hidroponik juga dapat meningkatkan kualitas udara menjadi lebih baik. Pasalnya, sistem hidroponik tidak memakai bahan kimia untuk pemupukan dan penanggulangan hama dan serangan penyakit.

“Jenis pupuk yang digunakan dalam tanaman hidroponik berbentuk nutrisi berupa cairan yang menjadi sumber makanan tanaman. Saat ini sudah banyak sekali jenis nutrisi atau pupuk yang bisa dipakai sebagai penyubur tanaman hidroponik dan beberapa diantaranya dapat dibuat oleh petani sendiri,” katanya

Selanjutnya, katanya, kelebihan dan manfaat hidroponik untuk lingkungan selanjutnya yaitu kemampuannya dalam mengurangi dan meminimalkan polusi udara. Polusi ini merupakan hasil dari pembakaran hutan, asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap rokok dan sebagainya.

“Jika tidak dikurangi kadar polusinya, udara bisa menjadi kotor dan tercemar. Setelah itu bisa berdampak pada kesehatan manusia dan binatang terutama binatang ternak. Ini yang disebut sebagai dampak perubahan iklim,” jelasnya

Iqrima bilang, sistem hidroponik sangat penting diterapkan di daerah perkotaan, karena wilayah perkotaan mempunyai tingkat pencemaran udara lebih tinggi. Lahan berukuran luas tidak dibutuhkan lagi, sebab sistem hidroponik dapat diaplikasikan di lahan sempit termasuk dalam lingkungan rumah sendiri.

Selain membersihkan udara dari pencemaran serta polusi, katanya, budidaya tanaman hidroponik juga dapat difungsikan sebagai media untuk menambah kadar oksigen atau O2 di udara. Semakin banyak kandungan oksigen yang tersedia pada suatu lingkungan, kualitas kesehatan manusia bisa ditingkatkan.

“Semakin tinggi jumlah partikulat di udara, semakin membuat kita mudah stres. Hal ini disebabkan karena jumlah oksigen yang mengalir ke otak kita berkurang. Paru-paru yang seharusnya menyerap oksigen, tergantikan oleh partikulat udara lain,” katanya

LInda dan Sriyati  bersama 20 anggotanya adalah petani perempuan di Kota Gorontalo yang sangat sadar terhadap dampak dari perubahaan iklim. kabar pemanasan global atau global warming yang kerap diinformasikan di media sosial, memicu mereka harus membuat hal-hal yang baik untuk lingkungan.

Apakah masih ada perempuan-perempuan seperti mereka di Kota Gorontalo?

Sarjan Lahay
Sarjan Lahay adalah seorang jurnalis lepas di Gorontalo, sebuah provinsi di pulau Sulawesi yang sering disebut sebagai Serambi Madina. Ia memulai karir jurnalistiknya pada tahun 2018, dengan menjadi reporter di beberapa media lokal. Sarjan sangat tertarik dengan isu lingkungan dan ingin berbagi cerita masyarakat Gorontalo yang terkena dampak pencemaran lingkungan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas di luar provinsi. Pada awal tahun 2021 ia menjadi jurnalis lepas di Mongabay Indonesia hingga sekarang.